Peneliti Temukan Fosil Manusia Purba Baru

WASHINGTON - Peneliti
menemukan fosil manusia purba
baru di wilayah Afrika Timur.
Fosil yang diyakini berusia 2,4
juta tahun lalu ini mengungkap
bahwa manusia purba Homo
Erectus yang telah dikenal lebih
dahulu, merupakan spesies yang
tidak tinggal sendiri di wilayah
tersebut.
Dilansir Discovermagazine, Senin
(29/10/2012), memiliki otak besar,
primata berbadan tegap (Homo
Erectus) merupakan grup yang
diyakini sebagai cikal bakal
manusia modern saat ini.
Antropolog meyakini Homo Erectus
pernah tinggal jutaan tahun lalu
di dekat Lake Turkana yang kini
dikenal dengan Kenya.
Akan tetapi, temuan fosil baru
menunjukkan bahwa Homo Erectus
tidak tinggal sendiri. Tiga fosil
yang baru ditemukan dan
dilaporkan pekan ini dalam jurnal
Nature, mengonfirmasi bahwa
setidaknya ada dua spesies Homo
lainnya yang pernah tinggal di
wilayah tersebut.
Temuan tersebut sekaligus
memberikan bukti terkuat
mengenai garis keturunan
beberapa evolusi dari genus
manusia purba yang pernah hidup
jutaan tahun lalu. Pada 1972,
peneliti menemukan tengkorak
parsial di dekat Lake Turkana.
Tengkorak berukuran besar ini
mengindikasikan otak yang besar
pula dan merupakan salah satu
anggota genus Homo. Peneliti
menemukan bahwa fosil ini
menunjukkan wajah yang tidak
biasa, yang berbentuk datar dan
panjang.
Hal inilah yang kemudian membuat
para ilmuwan percaya bahwa ini
mewakili spesies baru, yang
dinamakan H. rudolfensis.
Tengkorak ini tampak berbeda
dengan spesimen yang telah
dikenal, seperti H. Erectus atau H.
Habilis.
Beberapa tahun lalu, para
peneliti menemukan fosil lengkap
dan rahang bawah parsial, yang
diyakini berusia 1,78 juta hingga
1,95 juta tahun lalu. Fosil rahang
yang baru ditemukan ini cocok
dengan tengkorak yang pernah
ditemukan sebelumya.
Penemuan fosil baru ini
memperkuat gagasan bahwa
family tree atau pohon keluarga
dari manusia purba mampu
menunjukkan evolusi yang
bercabang ke segala arah. "Ini
mendukung pandangan bahwa
sejarah awal genus Homo
melibatkan eksperimen kuat
dengan potensi biologis dan
perilaku dari genus baru," pungkas
antropolog Ian Tattersall.

Comments